Selasa, 28 Agustus 2012
Senin, 27 Agustus 2012
PULSAGRAM
Pulsa adalah kebutuhan pokok ! Oleh
Karena itu gunakan kesempatan meraih pendapatan yang besar dengan
menjadi mitra PULSAGRAM yang mampu memberikan pelayanan terbaik kepada
anggota-anggotanya...!
Ingin mendapatkan pendapatan yang besar dengan tidak memerlukan modal???
Bergabunglah bersama kami melalui link berikut!
http://www.pulsagram.com/?id=CN134649
http://www.pulsagram.com/indexCN134649.htm
Ingin mendapatkan pendapatan yang besar dengan tidak memerlukan modal???
Bergabunglah bersama kami melalui link berikut!
http://www.pulsagram.com/?id=CN134649
http://www.pulsagram.com/indexCN134649.htm
Sabtu, 25 Agustus 2012
Rabu, 18 April 2012
Rabu, 11 April 2012
Filsafat IPA : Epistemologi, Ontologi, Aksiologi, &Teori-teori Kebenaran
FILSAFAT
OLEH :
SHINTA VIRGINIA SAJOW
NIM : 11 312 370
JURUSAN
FISIKA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI MANADO
TAHUN
2012
1. Epistemologi
Dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu)
adalah cabang filsafat yang berkaitan
dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan
dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana
karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang
berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian,
dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan
yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia
melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode
induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.
Masalah
epistemology bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan.
Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan, perlu diperhatikan
bagaimana dan dengan sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan. Jika kita
mengetahui batas-batas pengetahuan, kita tidak akan mencoba untuk mengetahui
hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat di ketahui. Memang sebenarnya, kita baru
dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti
pertanyaan-pertanyaan epistemology. Kita mungkin terpaksa mengingkari
kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan, atau mungkin sampai kepada kesimpulan
bahwa apa yang kita punyai hanyalah kemungkinan-kemungkinan dan bukannya
kepastian, atau mungkin dapat menetapkan batas-batas antara bidang-bidang yang
memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak
memungkinkannya.
Manusia
tidak lah memiliki pengetahuan yang sejati, maka dari itu kita dapat mengajukan
pertanyaan “bagaimanakah caranya kita memperoleh pengetahuan”?
Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
a.
Empirisme
Empirisme
adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh
pengetahuan dengan melalui pengalaman. John Locke, bapak empirisme Britania,
mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis catatan
yang kosong (tabula rasa),dan di dalam buku catatan itulah dicatat
pengalaman-pengalaman inderawi. Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan kita
diperoleh dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang
diperoleh dari penginderaan serta refleksi yang pertama-pertama dan sederhana
tersebut.
Ia
memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan,yang secara pasif menerima
hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan kita betapapun
rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi
yang pertama-tama, yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun
objek-objek material. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu di lacak kembali
secara demikian itu bukanlah pengetahuan, atau setidak-tidaknya bukanlah
pengetahuan mengenai hal-hal yang factual.
b.
Rasionalisme
Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak
pada akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan
pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran.
Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di
dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran
mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada
kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat
diperoleh dengan akal budi saja.
c.
Fenomenalisme
Bapak
Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang pengalaman.
Baran sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinyan sendiri merangsang alat
inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan
disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak pernah
mempunyai pengetahuan tentang barang sesuatu seperti keadaanya sendiri,
melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang menampak kepada kita, artinya,
pengetahuan tentang gejala (Phenomenon).
Bagi
Kant para penganut empirisme benar bila berpendapat bahwa semua pengetahuan di
dasarkan pada pengalaman-meskipun benar hanya untuk sebagian. Tetapi para
penganut rasionalisme juga benar, karena akal memaksakan bentuk-bentuknya sendiri
terhadap barang sesuatu serta pengalaman.
d.
Intusionisme
Menurut
Bergson, intuisi adalah suau sarana untuk mengetahui secara langsung dan
seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan,
tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan
intuitif.
Salah
satu di antara unsut-unsur yang berharga dalam intuisionisme Bergson ialah,
paham ini memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman di samping pengalaman
yang dihayati oleh indera. Dengan demikian data yang dihasilkannya dapat
merupakan bahan tambahan bagi pengetahuan di samping pengetahuan yang
dihasilkan oleh penginderaan. Kant masih tetap benar dengan mengatakan bahwa
pengetahuan didasarkan pada pengalaman, tetapi dengan demikian pengalaman harus
meliputi baik pengalaman inderawi maupun pengalaman intuitif.
Hendaknya
diingat, intusionisme tidak mengingkati nilai pengalaman inderawi yang biasa
dan pengetahuan yang disimpulkan darinya. Intusionisme – setidak-tidaknya dalam
beberapa bentuk-hanya mengatakan bahwa pengetahuan yang lengkap di peroleh
melalui intuisi, sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi-yang meliputi
sebagian saja-yang diberikan oleh analisa. Ada yang berpendirian bahwa apa yang
diberikan oleh indera hanyalah apa yang menampak belaka, sebagai lawan dari apa
yang diberikan oleh intuisi, yaitu kenyataan. Mereka mengatakan, barang sesuatu
tidak pernah merupakan sesuatu seperti yang menampak kepada kita, dan hanya
intuisilah yang dapat menyingkapkan kepada kita keadaanya yang senyatanya.
2. Ontologi
Objek
telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi
filsafat pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi
banyak di gunakan ketika kita membahas yang ada dlaam konteks filsafat ilmu.
Ontologi
membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran
semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap
kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi
semua realitas dalam semua bentuknya.
1. Objek Formal
Objek
formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif,
realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan menjadi
kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme,
naturalisme, atau hylomorphisme. Referensi tentang kesemuanya itu penulis kira
cukup banyak. Hanya dua yang terakhir perlu kiranya penulis lebih jelaskan.
Yang natural ontologik akan diuraikan di belakang hylomorphisme di ketengahkan
pertama oleh aristoteles dalam bukunya De Anima. Dalam tafsiran-tafsiran para
ahli selanjutnya di fahami sebagai upaya mencari alternatif bukan dualisme,
tetapi menampilkan aspek materialisme dari mental.
2. Metode dalam Ontologi
Lorens
Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi
fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan
keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk
mendeskripsikan sifat umum yang menjadi cirri semua sesuatu yang sejenis.
Abstraksi metaphisik mengetangahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua
realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.
Sedangkan
metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua,
yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori.
Pembuktian
a priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari
predikat; dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran
kesimpulan.
Contoh
: Sesuatu yang bersifat lahirah
itu fana (Tt-P)
Badan itu
sesuatu yang lahiri (S-Tt)
Jadi, badan
itu fana’ (S-P)
Sedangkan
pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas
kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam
kesimpulan hanya saja cara pembuktian a posterioris disusun dengan tata
silogistik sebagai berikut:
Contoh
: Gigi geligi itu gigi geligi
rahang dinasaurus (Tt-S)
Gigi geligi
itu gigi geligi pemakan tumbuhan (Tt-P)
Jadi,
Dinausaurus itu pemakan tumbuhan (S-P)
Bandingkan
tata silogistik pembuktian a priori dengan a posteriori. Yang apriori di
berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan predikat dan term tengahj
menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan; sedangkan yang a posteriori di
berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan subjek, term tengah menjadi
akibat dari realitas dalam kesimpulan.[1][2]
Sementara
Jujun S. Suriasumantri dalam pembahasan tentang ontologi memaparkan juga
tentang asumsi dan peluang. Sementara dalam tugas ini penulis tidak hendak
ingin membahas dua point tersebut.
3. AKSIOLOGI
Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan
logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai.
Aksiologi bisa juga disebut sebagai the theory of value atau teori nilai.
Berikut ini dijelaskan beberapa definisi aksiologi. Menurut Suriasumantri
(1987:234) aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang di peroleh. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi
adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang
nilai-nilai khususnya etika. Menurut Wibisono aksiologi adalah nilai-nilai
sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative
penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.
Jadi Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang
baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang
cara dan tujuan (means and and). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang
konsisten untuk perilaku etis.
Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :
1. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin
khusus yaitu etika.
2. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan
keindahan
3. Socio-politcal life, yaitu kehidupan social politik, yangakan melahirkan
filsafat social politik.
Dalam Encyslopedia of philosophy
dijelaskan aksiologi disamakan dengan value and valuation :
1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih
sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih
luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.
2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah
nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang
bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.
3. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi
nilai atau dinilai.
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan
utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki
manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.Teori
tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika.
KATEGORI DASAR AKSIOLOGI
Terdapat dua
kategori dasar aksiologi :
1. Objectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa adanya
sesuai keadaan objek yang dinilai.
2. Subjectivism, yaitu penilaian
terhadap sesuatu dimana dalam proses penilaian terdapat unsur intuisi
(perasaan).
Dari sini muncul empat pendekatan etika, yaitu :
1. Teori nilai intuitif
2. Teori nilai rasional
3. Teori nilai alamiah
4. Teori nilai emotif
Teori nilai intuitif dan teori nilai rasional beraliran obyectivis
sedangkan teori nilai alamiah dan teori nilai emotif beraliran subyektivis.
1. Teori Nilai intuitif (The
Intuitive theory of value)
Teori ini berpandangan bahwa sukar jika tidak bisa
dikatakan mustahil untuk mendefinisikan suatu perangkat nilai yang absolut.
Bagaimanapun juga suatu perangkat nilai yang absolute itu eksis dalam tatanan
yang bersifat obyektif. Nilai ditemukan melalui intuisi karena ada tatanan
moral yang bersifat baku. Mereka menegaskan bahwa nilai eksis sebagai piranti
obyek atau menyatu dalam hubungan antar obyek, dan validitas dari nilai tidak
bergantung pada eksistensi atau perilaku manusia. Sekali seseorang menemukan
dan mengakui nilai tersebut melalui proses intuitif, ia berkewajiban untuk
mengatur perilaku individual atau sosialnya selaras dengan preskripsi moralnya.
2. Teori nilai rasional (The
rational theory of value)
Bagi mereka janganlah percaya padanilai yang bersifat
obyektif dan murni independent dari manusia. Nilai tersebut ditemukan sebagai
hasil dari penalaran manusia. Fakta bahwa seseorang melakukan suatu yang benar
ketika ia tahu degan nalarnya bahwa itu benar, sebagai fakta bahwa hanyaorang
jahat atu yang lalai ynag melakukan sesuatu berlawanan dengan kehendak atau
wahyu tuhan. Jadi dengan nalar atau peran tuhan nilai ultimo, obyektif, absolut
yang seharusnya mengarahkan perilakunya.
3. Teori nilai alamiah (The naturalistic
theory of value)
Nilai menurutnya diciptakan manusia bersama dengan
kebutuhan-kebutuhan dan hasrat-hasrat yang dialaminya. Nilai adalah produk
biososial, artefak manusia, yang diciptakan , dipakai, diuji oleh individu dan
masyarakat untuk melayani tujuan membimbing perilaku manusia. Pendekatan
naturalis mencakup teori nilai instrumental dimana keputusan nilai tidak
absolute tetapi bersifat relative. Nilai secara umum hakikatnya bersifat
subyektif, bergantung pada kondisi manusia.
4. Teori nilai emotif (The emotive
theory of value)
Jika tiga aliran sebelumnya menentukan konsep nilai
dengan status kognitifnya, maka teori ini memandang bahwa konsep moral dan
etika bukanlah keputusan factual tetapi hanya merupakan ekspresi emosi dan
tingkah laku. Nilai tidak lebih dari suatu opini yang tidak bisa diverivikasi,
sekalipun diakui bahwa penelitian menjadi bagian penting dari tindakan manusia.
TEORI-TEORI KEBENARAN
1. Teori Corespondence
Masalah
kebenaran menurut teori ini hanyalah perbandingan antara realita oyek
(informasi, fakta, peristiwa, pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek
(ide, kesan). Jika ide atau kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan
kenyataan, realita, objek, maka sesuatu itu benar.
Teori
korispodensi (corespondence theory of truth) ® menerangkan bahwa kebenaran atau
sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang
dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh
pernyataan atau pendapat tersebut.
Kebenaran
adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaran dengan realitas yang
serasi dengan sitasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu :
1.
Statemaent (pernyataan)
2.
Persesuaian (agreemant)
3.
Situasi (situation)
4.
Kenyataan (realitas)
5.
Putusan (judgements)
Kebenaran
adalah fidelity to objektive reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan).
Teori ini dianut oleh aliran realis. Pelopornya plato, aristotels dan moore dikembangkan
lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad skolatik, serta oleh
Berrand Russel pada abad moderen.
Cara
berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori
kebenaran menuru corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga
pendidikan moral bagi anak-anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian
moral yang telah merupakan kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai
moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah
lakunya.
Artinya
anak harus mewujudkan di dalam kenyataan hidup, sesuai dengan nilai-nilai moral
itu. Bahkan anak harus mampu mengerti hubungan antara peristiwa-peristiwa di
dalam kenyataan dengan nilai-nilai moral itu dan menilai adakah kesesuaian atau
tidak sehingga kebenaran berwujud sebagai nilai standard atau asas normatif
bagi tingkah laku. Apa yang ada di dalam subyek (ide, kesan) termasuk tingkah
laku harus dicocokkan dengan apa yang ada di luar subyek (realita, obyek,
nilai-nilai) bila sesuai maka itu benar.
2. Teori Consistency
Teori
ini merupakan suatu usaha pengujian (test) a, tas arti kebenaran. Hasil test dan
eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang berturut-turut dari satu
penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan
penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.
Menurut
teori consistency untuk menetapkan suatu kebenarna bukanlah didasarkan atas
hubungan subyek dengan realitas obyek. Sebab apabila didasarkan atas hubungan
subyek (ide, kesannya dan comprehensionnya) dengan obyek, pastilah ada
subyektivitasnya. Oleh karena itu pemahaman subyek yang satu tentang sesuatu
realitas akan mungkin sekali berbeda dengan apa yang ada di dalam pemahaman
subyek lain.
Teori
ini dipandang sebagai teori ilmiah yaitu sebagai usaha yang sering dilakukan di
dalam penelitian pendidikan khsusunya di dalam bidang pengukuran pendidikan.
Teori
konsisten ini tidaklah bertentangan dengan teori korespondensi. Kedua teori ini
lebih bersifat melengkapi. Teori konsistensi adalah pendalaman dankelanjutan
yang teliti dan teori korespondensi. Teori korespondensi merupakan pernyataan
dari arti kebenaran. Sedah teori konsistensi merupakan usaha pengujian (test)
atas arti kebenaran tadi.
Teori
koherensi (the coherence theory of trut) menganggap suatu pernyataan benar bila
di dalamnya tidak ada perntentangan, bersifat koheren dan konsisten dengna
pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar. Dengan demikian suatu
pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu dilaksanakan atas pertimbangan
yang konsisten dan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya.
Rumusan
kebenaran adalah turth is a sistematis coherence dan trut is consistency. Jika
A = B dan B = C maka A = C
Logika
matematik yang deduktif memakai teori kebenaran koherensi ini. Logika ini
menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang digunakan juga
benar. Teori ini digunakan oleh aliran metafisikus rasional dan idealis.
Teori
ini sudah ada sejak Pra Socrates, kemudian dikembangan oleh Benedictus Spinoza
dan George Hegel. Suatu teori dianggapbenar apabila telah dibuktikan
(klasifikasi) benar dan tahan uji. Kalau teori ini bertentangan dengan data
terbaru yagn benar atau dengan teori lama yang benar, maka teori itu akan gugur
atau batal dengan sendirinya.
3. Teori Pragmatisme
Paragmatisme
menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra pendidik sebagai metode
project atau medoe problem olving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar
hanya jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu
itu benar, jika mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan
tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya
manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu
melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.
Dalam
dunia pendidikan, suatu teori akan benar jika ia membuat segala sesutu menjadi
lebih jelas dan mampu mengembalikan kontinuitas pengajaran, jika tidak, teori
ini salah.
Jika
teori itu praktis, mampu memecahkan problem secara tepat barulah teori itu
benar. Yang dapat secara efektif memecahkan masalah itulah teori yang benar
(kebenaran).
Teori
pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu pernyataan,
teori atau dalil itu memliki kebanran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi
kehidupan manusia.
Kaum
pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility) dapat
dikerjakan (workobility) dan akibat yagn memuaskan (satisfaktor consequence).
Oleh karena itu tidak ada kebenaran yang mutak/ tetap, kebenarannya tergantung
pada manfaat dan akibatnya.
Akibat/ hasil yang memuaskan bagi
kaum pragmatis adalah :
1.
Sesuai dengan keinginan dan tujuan
2.
Sesuai dengan teruji dengan suatu eksperimen
3.
Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada)
Teori
ini merupakan sumbangan paling nyata dari pada filsup Amerika tokohnya adalha
Charles S. Pierce (1914-1939) dan diikuti oleh Wiliam James dan John Dewey
(1852-1859).
Wiliam
James misalnya menekankan bahwa suatu ide itu benar terletak pada konsikuensi,
pada hasil tindakan yang dilakukan. Bagi Dewey konsikasi tidaklah terletak di
dalam ide itu sendiri, malainkan dalam hubungan ide dengan konsekuensinya
setelah dilakukan. Teory Dewey bukanlah mengerti obyek secara langsung (teori
korepondensi) atau cara tak langsung melalui kesan-kesan dari pada realita
(teori konsistensi). Melainkan mengerti segala sesuai melalui praktek di dalam
program solving.
Tetapan-tetapan dalam Fisika
(Ket: simbol atau lambang ^ berarti pangkat untuk angka di belakangnya. Misal m^2 berarti meter persegi atau meter pangkat 2 )
1. Tetapan Gravitasi dengan simbol atau lambang G
= 6,67 x 10^-11 newton.kg^2.kg^2
2. Percepatan gravitasi dengan simbol atau lambang g
= 9,80 m/detik^2
3. Tetapan gas ideal dengan simbol atau lambang R
= 8316,96 joule.kg.mol.K
4. Tetapan boltzmann dengan simbol atau lambang k
= 1,38142 x 10^-23 joule.K
5. Tetapan stefan boltzmann
= 5,6687 x 10^-8 joule.m^2.det.K^4
6. Volume normal gas ideal dengan simbol atau lambang Vo
= 22,4 m^3/kg.mol
1. Tetapan Gravitasi dengan simbol atau lambang G
= 6,67 x 10^-11 newton.kg^2.kg^2
2. Percepatan gravitasi dengan simbol atau lambang g
= 9,80 m/detik^2
3. Tetapan gas ideal dengan simbol atau lambang R
= 8316,96 joule.kg.mol.K
4. Tetapan boltzmann dengan simbol atau lambang k
= 1,38142 x 10^-23 joule.K
5. Tetapan stefan boltzmann
= 5,6687 x 10^-8 joule.m^2.det.K^4
6. Volume normal gas ideal dengan simbol atau lambang Vo
= 22,4 m^3/kg.mol
Pengertian Danau Tondano dan Ekosistem Danau
PENGERTIAN DANAU
TONDANO DAN EKOSISTEM DANAU
1.
Apa pengertian danau?
2.
Apa pengertian ekosistem danau?
3.
Danau-danau apa saja yang ada di Sulawesi Utara
dan Indonesia?
4.
Apa saja komponen ekosistem danau?
A.
PENGERTIAN DANAU
Pengertian danau menurut UNEP (2001):
Danau
adalah badan air yang berbentuk seperti baskom atau mangkok yang terjadi secara
alami karena bencana alam yang besar seperti aktivitas gunung berapi. Terdapat
juga danau buatan manusia yang disebut waduk atau bendungan yang dibentuk
karena memotong aliran sungai.
Pengertian
danau menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2008):
Danau adalah wadah air dan ekosistemnya yang
terbentuk secara alamiah termasuk situ dan wadah air sejenis dengan sebutan
istilah local.
B.
PENGERTIAN EKOSISTEM DANAU
Ekosistem adalah
sebuah system ekologi yang terbentukoleh hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkunganya. Lingkungan terdiri dari ekosistem dan ekosistem
terdiri dari komponen:
a.
Fisik seperti batu, bukit, gunung, tanah, air,
suhu, iklim dan lain-lain
b.
Fauna dan flora (hewan dan tumbuhan)
Sumber daya alam
adalah bagian dari kedua komponen ekosistem tersebut. Komponen fisik letaknya
berbeda-beda, yaitu: di danau, di laut, di pantai, di dataran rendah, di
dataran tinggi, di pegunungan, dan lain-lain. Oleh karena itu ada ekosistem
danau, ekosistem laut, ekosistem pantai, ekosistem dataran rendah, ekosistem
dataran tinggi, ekosistem pegunungan, dan lain-lain. Terdapat empat fungsi
ekosistem yaitu:
a.
Hubungan
interdepedensi (hubungan saling kait-mengait)
Hutan berfungsi
sebagai habitat flora-fauna, penyimpan air, penyerap CO2, sebagai pengatur
iklim, dan mampu mengudang hujan. Jika hutan ditebang (gundul), tidak ada lagi
hijau daun (klorofil) yang melepas oksigen yang nanti bersama dengan penguapan
air laut akan menjadi salah satu factor pencetus hujan. Hutan yang gundul
memiliki potensi penyebab erosi 20 kali lebih besar, bahkan lebih dari keadaan
normal. Karena jumlah aliran permukaan pada hutan gundul akan meningkat pada
saat hujan lebat. Sebaliknya sumber air sungai menurun karena daya simpan air
daerah tersebut telah berkurang. Hubungan saling kait-mengkait yang terputus
ini akan menyebabkan kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim hujan yang
lebat. Jika hutan di DAS (daerah aliran sungai) Tondano ditebang maka terjadi
erosi yang berdampak pada sedimentasi dan pendangkalan danau Tondano.
b.
Diverity
Ekosistem
Danau terdiri atas
komponen fisik (air dan tanah), dan non fisik (mikroorganisme, fauna dan
flora). Semakin luas jaringannya, maka semakin stabil ekosistemnya. Mata rantai
komponen-komponen ini memiliki fungsi kemantapan ekosistem, sehingga tidak
mudah dipengaruhi factor eksternal dan fungsi danau tetap berlanjut. Jika
keanekaragamannya sempit dikuatirkan adanya predator yang lebih kuat dari yang dia
makan, sehingga ekosistem menjadi rapuh dan fungsi danau terganggu.
c.
Keseimbangan
Setiap komponen
ekosistem mempunyai fungsi menjaga keseimbangan. Tanaman air enceng gondok di
danau berfungsi antara lain sebagai penyerap cemaran air. Tetapi akibat pertumbuhan
yang tidak terkendali yang hampir menutupi sebagian besar perairan danau akan
berdampak negative terhadapkeberlanjutan danau. Tanaman ini dapat menjadi
penyebab suksesi danau menjadi daratan, mengganggu lalu lintas perairan danau
dan menghalangi masuknya sinar matahari masuk ke dalam air untuk proses
fotosintesis. Maka kehadiran tanaman enceng gondok yang tidak terkendali dapat
mengancam keseimbangan fungsi ekosistem danau.
d.
Sustainable
Meningkatnya
jumlah kerambak atau jaring apung di danau tondano
dapat menyebabkan pencemaran air dan
pendangkalan akibat pakan ikan yang tidak terkonsumsi ikan. Pengambilan ikan
yang berlebihan dan tidak menyisakan modal petelur akan menyebabkan terputusnya
produksi ikan. Membuang air limbah langsung ke perairan danau berdampak pada
peningkatan eutrofikasi dan pertumbuhan enceng gondok yang amat cepat,
selanjutnya terjadi penyempitan dan suatu saat danau berubah menjadi daratan.
Maka keberlanjutan fungsi danau akan terhenti. Ekosistem danau merupakan danau
dan semua komponen serta interaksi antar komponen yang mempengaruhi
keberlanjutan fungsi danau. Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2008),
ekosistem danau adalah ekosistem akuatik perairan danau dan ekosisten
terrestrial daerah tangkapan air danau.
C.
KOMPONEN EKOSISTEM DANAU
Ekosistem yang
menjadikan lingkungan alam, lalu lingkungan alam menjadi lingkungan hidup. Ada
lingkungan alam yang tidak mempunyai lingkungan hidup. Contohnya: Bulan
mempunyai bukit dan gunung, tetapi tidak mempunyai flora dan fauna, sehingga
bulan tidak mempunyai lingkungan hidup walaupun mempunyai lingkungan alam.
Supaya manusia tetap survive hidup, maka lingkungan alam harus tetap menjadi
lingkungan hidup. Supaya tetap menjadi lingkungan hidup, harus ada komponen
biotik yakni flora dan fauna diatas lingkungan fisik dengan mengindahkan empat
ciri atau fungsi ekosistem di atas. Sumber daya alam adalah bagian dari
komponen-komponen fisik dan flora/fauna, sehingga kalau sumber daya alam
dipakai untuk pembangunan, harus mengindahkan empat fungsi ekosistem tersebut.
Jadi, pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya alam boleh ada tetapi empat fungsi
ekosistem tidak boleh terhenti. Komponen ekosistem danau terdiri atas komponen
lingkungan dan kegiatan, yang meliputi:
a.
Komponen lingkungan terdiri atas lingkungan fisik-kimia,
biologi, dan sosial-ekonomi-budaya di perairan dan sekitar danau.
b.
Komponen kegiatan meliputi kegiatan masyarakat
di perairan danau, kegiatan pemukiman, kegiatan pertanian, perikanan, kegiatan
pariwisata, perkantoran, dan lain-lain.
Langganan:
Postingan (Atom)